Si Bengal! Sampai saat ini belum ada striker impor Arema yang bisa
menyamai performa dan totalitasnya di lapangan. Yupz!! Rodriguez Pacho
Rubio.
Striker berkebangsaan Chili ini
begitu cepat beradaptasi dengan sepakbola Indonesia dan tidak butuh
waktu lama baginya untuk menyatu dalam permainan khas Arema karena
baginya karakter orang Malang dan Arema hampir mirip dengan karakter
orang Chili kebanyakan. Tipikal striker yang cerdik, skillful, pemilik
tendangan keras terarah, dingin di kotak penalti tetapi meledak-ledak
saat lawan mengasari dan wasit tidak mengambil keputusan apa-apa. Tidak
salah kalo kemudian Aremania menjadikannya pujaan sekaligus icon bagi
Arema.
Francisco "Pacho" Rubio adalah
legenda Arema datang ke Arema bersama saudaranya Juan Rubio. Kiprahnya
bersama Arema memang tergolong singkat. Total ia mampu mencetak 10 gol
sejak hadir di bumi Arema mulai putaran II Liga Indonesia 2000 (termasuk
3 gol yang dicetak Pacho Rubio dalam 2 pertandingan di babak 8 Besar di
Senayan).
Kiprahnya bersama Arema di babak 8
besar tersebut menjadi momen emasnya bersama Arema. Bersama Rodrigo
Araya dan Juan Rubio memperkuat Arema. Dengan diiringi lebih dari 10
ribu Aremania, skuad Arema bermain heroik dengan mengalahkan Persija
Jakarta (2-1), seri melawan Persikota (1-1). Sayangnya langkah Arema
terhenti setelah menelan kekalahan telak melawan Pelita Jaya Solo.
Hebatnya Pacho yang tergolong bukan pemain jangkung, mampu menghasilkan
gol dari tandukan kepalanya hasil dari hasil assist dari Rodrigo Araya.
Sayangnya kiprah gemilangnya harus terhentii oleh skorsing seumur hidup
PSSI dan membuyarkan harapan Aremania untuk melihat aksi Pacho lebih
lama di pentas sepakbola Indonesia.
Ketika itu PSSI jaman Agum
Gumelar, Komisi Disiplin yang diketuai Andi Darusalam Tabusalla
menganggap tindak-tanduk Rubio seringkali tidak terpuji dan berpengaruh
jelek pada perkembangan sepak bola Indonesia. Dan puncak dari ulah
Rubio, menurut Tabusalla, terlihat pada babak 8 Besar Liga Bank Mandiri
di Jakarta saat itu.
Selain sering memancing emosi
lawan dengan kata-kata kasar, Rubio juga memukul penyerang Persikota,
Simamo A Basille, di Senayan. Ketika itu hari Kamis (13/7), Arema yang
tidak diperkuat Rubio karena cedera, baru saja dikalahkan Pelita Solo
0-3. Rubio tiba-tiba memukul Basille yang berjalan di lorong bawah
stadion di sekitar ruang ganti pakaian pemain. Saat itu, Basille dan
pemain Persikota hendak menuju lapangan untuk bertanding melawan Persija
Jakarta.
Sehari sebelum kasus pemukulan
Basille itu, Pacho sempat mengutarakan kekesalannya terhadap Basille di
kora Kompas. Ia meyakini Basille sengaja mengganjalnya ketika Arema
lawan Persikota. Akibat tackling Bassile itu, Pacho harus mengalami
cedera kaki kanan dan harus beristirahat selama 15 hari. "Dia sengaja
melakukannya. Bagaimana seorang yang profesional dapat berbuat seperti
itu. Pemain itu tidak melihat di belakang saya ada istri dan anak yang
harus diberi nafkah," beber Rubio.
Sampai sekarang pun, mayoritas
Aremania masih mendambakan pemain seperti dia untuk hadir di Malang,
kalo pun tidak, mereka mengharapkan striker Arema mempunyai jiwa singa
seperti apa yang Pacho tunjukkan. Sayang Pacho tidak lama di Malang.
PSSI memberikan cap striker bengal dan kerap membikin ulah di lapangan
sekaligus melarang dia tampil di Indonesia karena dikhawatirkan akan
membawa citra buruk bagi persepakbolaan Indonesia. Tetapi hal itu tidak
menyurutkan publik Malang yang sudah terlanjur memujanya. Pacho adalah
jaminan ancaman bagi gawang lawan bersama sang pelayan, Rodrigo Araya.
0 komentar:
Posting Komentar